Kamis, 09 Desember 2010

Di sini hanya ada aku, layar notebook-ku dan blog ini. Tempat yang memberiku keleluasaan tanpa batas untuk mencurahkan semua…..semua….yang tak ingin kutelan sendiri. Kalo rasa itu enak aku mau menelannya sendiri. Tapi kalo tidak enak? Hm….bagi2 ah sama orang lain (ha….ha curang mode: on). Sebenarnya yang aku mau justru sebaliknya. Kalo aku senang, kan kubagi ke seluruh penjuru bumi. Tapi kalo aku susah sebisa mungkin kuselesaikan saja sendiri.
Inilah tempatku berbagi, tanpa perlu khawatir tak diterima. Suara hati dapat berkata apa saja, tapi tangan dan otak (dan mulut) yang akan menyaring untuk dunia. Blogku….terima kasih ya sudah menjadi “pendengar” setiaku.. (anggi gayatri)

  • Aku yakin, tak kan ada lagi layar kosong dan kertas putih di depanku. Aku akan selalu bisa membuat baris satu, lalu baris dua, dan banyak baris lagi.
  • Aku bisa mengharapkan lebih banyak optimismeku, karena aku akan selalu punya suara aktif dan kata bertenaga untuk dituliskan. Ini selalu membangkitkan sugesti terbaik.
  • Aku tak pernah merasa konyol dan membuang waktu, untuk sekedar berkomat-kamit dan bergumam dalam hati men-spesifik-kan segala yang kulihat. Karena pasti, disitulah kreativitas yang membangun berasal.
  • Yang terakhir, aku percaya, menulis posting yang paling pendek pun, jika dijadikan pengalaman berulang, aku takkan ragu lagi untuk menulis apapun yang aku mau.(tyas)

entah kenapa aku sangat terkesan dengan tulisan kedua sahabatku yang ini.kata-kata yang begitu tulus,memberi semangat,aku menyakai cara dia melampiaskan rasa kecewa,kesal,sedih atau apapun lewat setiap kalimatnya yang luar biasa.salut buat kalian bardua dan terima kasih atas pelajarannya..

Rabu, 10 November 2010

fredrick nietzche

KEHENDAK UNTUK BERKUASA DAN MANUSIA UNGGUL (Friedrich Nietzsche, 1844-1900)

June 17, 2009 by zihan syarfilani

psychology

Nietzsche mengembangkan filsafat etika berdasarkan teori evolusi. Baginya, kalau hidup adalah perjuangan untuk bereksistensi dimana organisme yang paling pantas untuk bereksistensi dimana organisme yang paling pantas untuk hiduplah yang berhak untuk terus melangsungkan kehidupannya, maka kekuatan adalah kebajikan yang utama dan kelemahan adalah keburukan yang memalukan. Yang baik adalah yang mampu melangsungkan kehidupan, yang berjaya, dan menang; yang buruk adalah yang tidak bisa bertahan, yang terpuruk, dan kalah.

Hidup adalah medan laga tempat seluruh makhluk bertarung agar bisa terus melangsungkan hidupnya. Dan dalam pertarungna yang kita namakan keidupan itu, kita tidak memerlukan kebaikan melainkan kekuatan; yang yang dibutuhkan dalam hidup bukanlah kerendahan hati melainkan kebanggan diri;bukan altruisme, melainkan kecerdasan yang sangat tajam. Dan, hukum kehidupan bukanlah hukum yang dibuat oleh manusia, melainkan hukum yang dibuat oleh alam: kesamaan dan demokrasi bertentangan dengan kenyataan seleksi alam dan kelangsungan hidup; keadilan berlawanan dengan kekuasaan, merupakan wasit sejati dari seluruh perbedaan dan seluruh nasib makhluk hidup.

Manusia Unggul

Sebagaimana moralitas tidak terletak pada kebaikan, demikian juga tujuan dari kerja keras manusia bukanlah demi peningkatan kualittas hidup manusia, malainkan demi perkembangan individu-individu unggul yang lebih baik dan lebih kuat. “ bukan menjadi manusia yang merupakan tujuan hidup yang sejati, melainkan menjadi Manusia Unggul.” “ Umat manusia tidak ditingkatkan atau diperbaiki, karena dalam kenyataan tidak ada umat manusia itu adalah abstraksi; yang ada adalah sarang semut individu-individu.” Masyarakat adalah alat (mesin)untuk meningkatkan kekuatan dan kepribadian individu-individu; kelompok bukanlah menjadi tujuan. “ untuk tujuan apakah mesin-mesin itu jika semua individu hanya dipakai untuk menjaga dan mempertahankannya? Mesin atau organisasi-organisasi sosial, yang kelak akan berakhir dengan sendirinya, tidak lain umana commedia?”

Mansia unggul tidak dilahirkan oleh alam. Proses biologis sering tidak adil terhadap individu-individu yang luar biasa; alam sangat kejam pada produknya yang paling baik; alam lebih mencintai dan melingdungi manusia manusia yang rata-rata dan sedang-sedang saja; di dalam alam terdapat penyimpangan yang terus menerus pada “jenis-jenis” manusia. Manusia Unggul dapat hidup dan bertahan hanya melalui seleksi manusia (human selection), melalui perbaikan kecerdasan (eugenic foresight) dan pendidikan yang meningkatkan derajat dan keagungan individu-individu.

Maka, amatlah absurd kalau membiarkan individu-individu yang lebih tinggi derajatnya melakukan perkawinan karena cinta, misalnya, para apahlawan dengan gadis-gadis pelayan, para jenius dengan tukang jahit perempuan! Schopenhauer keliru, cinta bukanlah eugenetika; kalau seorang manusia sedang jatuh cinta; jangan biarkan dia membuat keputusan-keputusan yang bisa mempengaruhi seluruh hidupnya; tidak mungkin bagi manusia bercinta dan bijaksana sekaligus! Kita wajib menyatakan “tidak sah” pada janji-janji yang diucapkan oleh seorang yang sedang kasmaran; kita harus memandang cinta sebagai rintangan berat untuk perkawinan. Yang terbaik harus mengawini yang terbaik. Tujuan perkawinan bukanlah semata-mata reproduksi, tetapi juga harus ditujukan untuk perkembangan. “Perkawinan: saya akan menamakannya kehendak dari dua orang untuk menciptakan satu kesatuan yang lebih daripada mereka yang menciptakannya. Saya namakan perkawinan sebagai penghormatan sau sama
 lain setelah mereka saling menghendaki.”

Calon manusia Unggul yang baru lahir membutuhkan peningkatan kecerdasa. “ Intelek melulu tidak membuat manusia jadi mulia; sebaliknya, selalu perlu sesuatu untuk memuliakan Intelek…lalu, apa yang dibutuhkan? Darah….” Setelah itu, diperlukan pendidikan yang keras, di mana kesempurnaan merupakan materi utamanya, dan “tubuh dilatih untuk menderita dalam keheningan yang diam, sedangkan kehendak dilatih untuk memerintah dan mematuhi perintah.” Pendidikan untuk Manusia-manusia Unggul haruslah sedemikian keras, sehingga mereka mampu membuat tragedi menjadi komedi; ‘Ia yang berjalan menyusuri gunung-gunung tertinggi akan menetawakan semua tragedi”

Energi, Intelek, dan kehormatan atau kebanggan diri membuat Manusia Unggul. Namun kesemuanya itu harus selaras: gairah-gairah akan menjadi kekuatan, hanya jika mereka dipilih dan dipadukan oleh suatu tujuan besar, yang mampu membentuk berbagai keinginan yang masih kabur ke dalam kekuatan satu kepribadian. “kesengsaraan bagi para pemikir ibarat tanah subur bagi tanaman.” Siapa yang segala tingkah lakunya hanya mengikuti impuls-impulsnya? Mereka adalah manusia-manusia dungu yang lemah, yang kurang memiliki kekuatan untuk hidup dan bertahan; mereka tidak cukup kuat untuk menagtakan tidak; mereka adalah pecundang, manusia dekaden. Hal yang terbaik adalah mendisiplinkan diri, berbuat keras terhadap diri sendiri. “manusia yang tidak ingin jadi komponen massa, berhentilah memanjakan diri sendiri.”kita harus keras pada orang lain, tetapi terutama pada diri kita sendiri; kita harus mempunyai tujuan dalam menghendaki apa saja, kecuali berkhianat pada teman
 sendiri, itulah tanda kemuliaan, rumus akhir Manusia unggul.

jean-paul sartre : eksistensi

Eksistensi Cinta Menurut Jean Paul Sartre
Jean Paul Sartre memandang cinta sebagai sebuah konflik. Konflik yang dimaksudkan adalah bahwa ketika saya mencintai seseorang , maka saya berhadapan langsung dengan kemerdekaan orang yang saya cintai itu. Dalam mencintai ini, orang lain yang saya cintai itu dalam kemerdekaannya memberikan kepada saya suatu “being” yang berasal dari saya sendiri. Dengan cara inilah saya bereksistensi berkat kemerdekaan orang lain.
Menurut Sartre, cinta tidaklah cukup dengan suatu perjanjian dari pihak lain. Cinta merupakan ikatan berdasarkan pilihan bebas yang merupakan kesetiaan pada diri sendiri. Inilah yang dikatakan sebagai sebuah situasi paradoksal. Orang yang mau mencintai ingin mencintai dengan sebuah kemerdekaan, tetapi tidak ingin agar kemerdekaan itu ada. Maksudnya, ketika seseorang mencintai orang lain, maka ia mau mencintai pasangannya itu dengan kemerdekaan penuh, sementara dia tidak menghendaki agar orang yang dicintai itu mempunyai kemerdekaan.
Meskipun demikian, subjek yang mencintai ini tidak memandang orang lain ini hanya sebagai alat saja. Dia mau menjadi seluruhnya bagi yang dicintainya. Ia juga bersedia menjadi objjek bagi yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang dia cintai itu bersedia menghilangkan dirinya dalam dia sebagai hal yang mendasari eksistensinya. Inilah situasi paradoksalnya. Mencintai tetapi tidak menghendaki adanya kebebasan dari orang yang dicintai. Pihak yang mencintai tidak mau berpengaruh terhadap kemerdekaan orang yang dicintai. Dengan kata lain masing- masing pihak saling mempertahankan kemerdekaannya.
Dalam cinta, subjek yang mencinta berusaha menjadikan pihak yang dicintai sebagai objek atau en-soi pemenuh hasrat cintanya. Sebaliknya pihak yang dicintai pun dengan sadar menjadikan orang lain sebagai objek atau en-soi pemenuh kebutuhanya untuk dicintai. Dapat dikatakan bahwa tidak ada subjek dalam cinta ala Sartre ini. Masing-masing pihal adalah objek. Oleh sebab itu menurut Sartre, dalam cinta tak perna akan terjadi cinta sejati atau cinta tanpa pamrih sebab masing-masing pihak berusaha untuk saling mengobjekkan pribadi yang lain.

persahabatan

PERSAHABATAN
    Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?..Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.

    Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

    Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.
   

bourdaef

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
    Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki; Karena cinta telah cukup bagi cinta.

    Pabila kau mencintai kau takkan berkata, “Tuhan ada di dalam hatiku,” tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati Tuhan”.

    Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.

    Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan, biarlah ini menjadi aneka keinginanmu: Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.

Kamis, 28 Oktober 2010

ajaran cinta sejati jalaludin ar-rumi

Ia berkata, "Siapa
itu berada di pintu?"
Aku berkata, "Hamba sahaya, Paduka."
Ia berkata, "Mengapa kau ke mari?"
Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti."
Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"
Aku berkata, "Sampai ada panggilan."
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa, demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan."
Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."
Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."
Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu, mataku terbebas dari dosa."

Bait-bait syair bernuansa religius di atas adalah nukilan dari salah satu puisi karya Jalaluddin ar-Rumi, penyair sufi terbesar dari Persia. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah --kedalaman makna dan keindahan bahasa--yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi sebelum atau sesudahnya.
Di kalangan para pecinta sastra tasawuf, nama Jalaluddin ar-Rumi tidak asing lagi. Karya-karyanya tidak hanya diminati oleh masyarkat Muslim, tetapi juga masyarakat Barat. Karena itu, tak mengherankan jika karya sang penyair sufi dari Persia (Iran) yang bernama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi ini berpengaruh besar terhadap perkembangan ajaran tasawuf sesudahnya.

Rumi dilahirkan di Kota Balkh, Afghanistan, pada 30 September 1207 M/604 H dan wafat di Kota Konya, Turki, pada 17 Desember 1273 M/672 H. Sejak kecil, ar-Rumi dan orang tuanya terbiasa hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Keluarganya pernah tinggal di Nisabur (Iran timur laut), Baghdad, Makkah, Malatya (Turki), Laranda (Iran tenggara), dan Konya. Meski hidup berpindah-pindah, sebagian besar hidup ar-Rumi dihabiskan di Konya yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu Tarekat Maulawiah--sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun l648. Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indra dalam menentukan kebenaran. Pada zamannya, umat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.

Cinta untuk Tuhan
Ar-Rumi dikenal karena kedalaman ilmu yang dimilikinya serta kemampuan dalam mengungkapkan perasaannya dalam bentuk puisi yang sangat indah dan memiliki makna mistis yang sangat dalam. Ia memilih puisi sebagai salah satu medium untuk mengajarkan cinta sejati (Tuhan). Lirik-lirik puisinya banyak mengedepankan perasaan cinta yang dalam kepada Tuhan. Maka itu, tak mengherankan jika ia mengungguli banyak penyair sufi, baik sebelum maupun sesudahnya.

Karya-karya puisi ar-Rumi juga mengandung filsafat dan gambaran tentang inti tasawuf yang dianutnya. Tasawufnya didasarkan pada paham wahdah al-wujud (penyatuan wujud). Bagi ar-Rumi, Tuhan adalah wujud yang meliputi. Keyakinan ini tidak selalu merupakan keyakinan terhadap kesatuan wujud yang menyatakan bahwa segala seuatu itu adalah Allah atau Allah adalah segala sesuatu. Kesatuan hamba dengan Tuhan, dalam tasawuf ar-Rumi, dipatrikan oleh rasa cinta yang murni.

Pengetahuan mengenai ajaran tasawuf tidak ia pelajari sejak usia dini. Masa kecilnya justru lebih banyak dipergunakan Jalaluddin ar-Rumi untuk menimba ilmu agama, terutama terkait dengan hukum Islam. Pendidikan pertama ar-Rumi diperolehnya dari ayahnya sendiri, Bahauddin Walad Muhammad bin Husin, yang merupakan seorang tokoh dan ahli agama Islam penganut Mazhab Hanafi. Selain itu, ia juga belajar pada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmuzi, seorang tokoh dan sahabat ayahnya. Atas saran gurunya ini, ia kemudian menimba ilmu pengetahuan di negeri Syam (Suriah).

Dengan pengetahuan agama yang luas, ar-Rumi dipercaya untuk menggantikan Burhanuddin sebagai guru di Konya setelah sang guru wafat. Di samping sebagai guru, ia juga menjadi dai dan ahli hukum Islam (fakih).

Perubahan besar dalam hidup ar-Rumi terjadi pada tahun 652 H. Di usianya yang menginjak 48 tahun, ia mengubah jalan hidupnya ke arah kehidupan sufi setelah bertemu dengan seorang penyair sufi pengelana, Syamsuddin at-Tabrizi. Ia sangat terpengaruh oleh ajaran sufi itu sehingga ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru dan mulai menggubah puisi serta memasuki kehidupan sufi.

Rumi telah menjadi sufi berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, Rumi menulis syair-syair yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan Syams Tabriz . Ia juga membukukan wejangan-wejangan gurunya itu yang dikenal dengan nama Diwan Syams Tabriz . Buku ini juga memuat inti ajaran tasawuf ar-Rumi.

Di samping termuat dalam Diwan Syams Tabriz , inti ajaran tasawuf ar-Rumi juga banyak dimuat dalam sebuah karya besarnya yang terkenal, al-Masnawi . Buku ini terdiri atas enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Karyanya ini berpengaruh besar terhadap perkembangan tasawuf sesudahnya. Banyak komentar terhadap buku ini yang ditulis oleh para ahli dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, dan Arab.

Al-Masnawi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pertama kali, buku ini diterjemahkan ke bahasa Jerman pada tahun 1849. Namun, yang diterjemahkan hanya sepertiga bagian dari keseluruhan isi Al-Masnawi . Hasil terjemahan dalam bahasa Jerman ini diterbitkan di Kota Leipzig dan mengalami cetak ulang pada tahun 1913.

Sementara itu, terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Sir James Redhouse pertama kali diterbitkan pada tahun 1881. Kemudian, sebanyak 3.500 baris puisi pilihan dari Al-Masnawi diterjemahkan lagi oleh Whinfield ke dalam bahasa Inggris. Terjemahan puisi pilihan yang terbit di London tahun 1887 ini mendapat perhatian besar dari masyarakat sehingga tahun itu juga dicetak ulang. Volume kedua diterjemahkan oleh Wilson dan diterbitkan di London tahun 1910.

Baru pada tahun 1925 hingga 1950, proses penerjemahan buku Al-Masnawi dilakukan secara menyeluruh oleh Reynold Alleyne Nicholson. Selain menerjemahkan buku ini, Nicholson juga menambahkan uraian serta komentarnya untuk melengkapi terjemahannya. Langkah Nicholson yang menerjemahkan karya ar-Rumi ini diikuti oleh salah seorang muridnya, AJ Arberry, yang menerjemahkan sejumlah kisah pilihan yang diterbitkan di London pada 1961.

Teori kefanaan
Di samping sebagai penyair sufi yang menganut paham wahdad al-wujud , ar-Rumi juga merupakan peletak dasar teori kefanaan. Pendapatnya tentang kefanaan tergambar dari ungkapannya, ''Apakah arti ilmu tauhid? Hendaklah kau bakar dirimu di hadapan Yang Maha Esa. Seandainya kau ingin cemerlang sebagai siang hari, bakarlah eksistensimu (yang gelap) seperti malam; dan luluhkan wujudmu dalam Wujud Pemelihara Wujud, seperti luluhnya tembaga dalam adonannya. Dengan begitu, kau bisa mengendalikan genggamanmu atas 'Aku' dan 'Kita', di mana semua kehancuran ini tidak lain timbul dari dualisme.''

Sementara itu, suasana pada saat sedang fana digambarkan oleh ar-Rumi sebagai berikut. ''Nuh berkata kepada bangsanya, Aku bukanlah aku. Aku bukanlah tiada lain Tuhan itu sendiri. Apabila ke-aku-an lenyap dari identitas insan, tinggallah Tuhan yang bicara, mendengar, dan memahami. Apabila Aku bukanlah aku, adalah aku tiupan napas Tuhan. Adalah dosa melihat kesatuan aku dengan-Nya.''

Dalam pandangannya, setiap peristiwa kefanaan selalu diikuti oleh baqa , yaitu tetapnya kesadaran sufi kepada Tuhan. Pada saat sedang baqa , kesadaran akan Tuhan melandasi kesadaran seorang hamba. Kata ar-Rumi, ''Kesadaran Tuhan lebur dalam kesadaran sufi. Bagaimana si awam meyakininya. Pengetahuan sufi adalah garis dan pengetahuan Tuhan adalah titik. Eksistensi garis amat tergantung pada eksistensi titik.'' sya/dia/berbagai sumber


← Newer Post Older Post → Hom

Senin, 28 Juni 2010

                                                     " denganmu"
 
 hari ini aku ingin bermimpi..
tentang seseorang yang mampu membuatku
tersenyum dan tertawa..
mampu memberiku semangat,
serta rasa nyaman..
mampu memberiku rasa kagum
dan membuatku jatuh sayang..
serta membuatku selalu ingin melakukan banyak hal..
denganmu aku ingin berbagi..
denganmu aku tak takut lagi bermimpi..
denganmu segalanya terasa dekat..
dan
segala sesuatunya ada,nyata dan benar..

Rabu, 23 Juni 2010

Bunga Citra Lestari - layarkecil

Bunga Citra Lestari - layarkecil
"tentang kamu.."

bagaimana..
bila akhirnya ku cinta kau
dari kekuranganmu..
hingga lebihmu..

bagaimana..
bila semua benar terjadi..
mungkin inilah..
yang terindah

Kamis, 27 Mei 2010

salam kenal.. selamat datang di blogku