Rabu, 10 November 2010

fredrick nietzche

KEHENDAK UNTUK BERKUASA DAN MANUSIA UNGGUL (Friedrich Nietzsche, 1844-1900)

June 17, 2009 by zihan syarfilani

psychology

Nietzsche mengembangkan filsafat etika berdasarkan teori evolusi. Baginya, kalau hidup adalah perjuangan untuk bereksistensi dimana organisme yang paling pantas untuk bereksistensi dimana organisme yang paling pantas untuk hiduplah yang berhak untuk terus melangsungkan kehidupannya, maka kekuatan adalah kebajikan yang utama dan kelemahan adalah keburukan yang memalukan. Yang baik adalah yang mampu melangsungkan kehidupan, yang berjaya, dan menang; yang buruk adalah yang tidak bisa bertahan, yang terpuruk, dan kalah.

Hidup adalah medan laga tempat seluruh makhluk bertarung agar bisa terus melangsungkan hidupnya. Dan dalam pertarungna yang kita namakan keidupan itu, kita tidak memerlukan kebaikan melainkan kekuatan; yang yang dibutuhkan dalam hidup bukanlah kerendahan hati melainkan kebanggan diri;bukan altruisme, melainkan kecerdasan yang sangat tajam. Dan, hukum kehidupan bukanlah hukum yang dibuat oleh manusia, melainkan hukum yang dibuat oleh alam: kesamaan dan demokrasi bertentangan dengan kenyataan seleksi alam dan kelangsungan hidup; keadilan berlawanan dengan kekuasaan, merupakan wasit sejati dari seluruh perbedaan dan seluruh nasib makhluk hidup.

Manusia Unggul

Sebagaimana moralitas tidak terletak pada kebaikan, demikian juga tujuan dari kerja keras manusia bukanlah demi peningkatan kualittas hidup manusia, malainkan demi perkembangan individu-individu unggul yang lebih baik dan lebih kuat. “ bukan menjadi manusia yang merupakan tujuan hidup yang sejati, melainkan menjadi Manusia Unggul.” “ Umat manusia tidak ditingkatkan atau diperbaiki, karena dalam kenyataan tidak ada umat manusia itu adalah abstraksi; yang ada adalah sarang semut individu-individu.” Masyarakat adalah alat (mesin)untuk meningkatkan kekuatan dan kepribadian individu-individu; kelompok bukanlah menjadi tujuan. “ untuk tujuan apakah mesin-mesin itu jika semua individu hanya dipakai untuk menjaga dan mempertahankannya? Mesin atau organisasi-organisasi sosial, yang kelak akan berakhir dengan sendirinya, tidak lain umana commedia?”

Mansia unggul tidak dilahirkan oleh alam. Proses biologis sering tidak adil terhadap individu-individu yang luar biasa; alam sangat kejam pada produknya yang paling baik; alam lebih mencintai dan melingdungi manusia manusia yang rata-rata dan sedang-sedang saja; di dalam alam terdapat penyimpangan yang terus menerus pada “jenis-jenis” manusia. Manusia Unggul dapat hidup dan bertahan hanya melalui seleksi manusia (human selection), melalui perbaikan kecerdasan (eugenic foresight) dan pendidikan yang meningkatkan derajat dan keagungan individu-individu.

Maka, amatlah absurd kalau membiarkan individu-individu yang lebih tinggi derajatnya melakukan perkawinan karena cinta, misalnya, para apahlawan dengan gadis-gadis pelayan, para jenius dengan tukang jahit perempuan! Schopenhauer keliru, cinta bukanlah eugenetika; kalau seorang manusia sedang jatuh cinta; jangan biarkan dia membuat keputusan-keputusan yang bisa mempengaruhi seluruh hidupnya; tidak mungkin bagi manusia bercinta dan bijaksana sekaligus! Kita wajib menyatakan “tidak sah” pada janji-janji yang diucapkan oleh seorang yang sedang kasmaran; kita harus memandang cinta sebagai rintangan berat untuk perkawinan. Yang terbaik harus mengawini yang terbaik. Tujuan perkawinan bukanlah semata-mata reproduksi, tetapi juga harus ditujukan untuk perkembangan. “Perkawinan: saya akan menamakannya kehendak dari dua orang untuk menciptakan satu kesatuan yang lebih daripada mereka yang menciptakannya. Saya namakan perkawinan sebagai penghormatan sau sama
 lain setelah mereka saling menghendaki.”

Calon manusia Unggul yang baru lahir membutuhkan peningkatan kecerdasa. “ Intelek melulu tidak membuat manusia jadi mulia; sebaliknya, selalu perlu sesuatu untuk memuliakan Intelek…lalu, apa yang dibutuhkan? Darah….” Setelah itu, diperlukan pendidikan yang keras, di mana kesempurnaan merupakan materi utamanya, dan “tubuh dilatih untuk menderita dalam keheningan yang diam, sedangkan kehendak dilatih untuk memerintah dan mematuhi perintah.” Pendidikan untuk Manusia-manusia Unggul haruslah sedemikian keras, sehingga mereka mampu membuat tragedi menjadi komedi; ‘Ia yang berjalan menyusuri gunung-gunung tertinggi akan menetawakan semua tragedi”

Energi, Intelek, dan kehormatan atau kebanggan diri membuat Manusia Unggul. Namun kesemuanya itu harus selaras: gairah-gairah akan menjadi kekuatan, hanya jika mereka dipilih dan dipadukan oleh suatu tujuan besar, yang mampu membentuk berbagai keinginan yang masih kabur ke dalam kekuatan satu kepribadian. “kesengsaraan bagi para pemikir ibarat tanah subur bagi tanaman.” Siapa yang segala tingkah lakunya hanya mengikuti impuls-impulsnya? Mereka adalah manusia-manusia dungu yang lemah, yang kurang memiliki kekuatan untuk hidup dan bertahan; mereka tidak cukup kuat untuk menagtakan tidak; mereka adalah pecundang, manusia dekaden. Hal yang terbaik adalah mendisiplinkan diri, berbuat keras terhadap diri sendiri. “manusia yang tidak ingin jadi komponen massa, berhentilah memanjakan diri sendiri.”kita harus keras pada orang lain, tetapi terutama pada diri kita sendiri; kita harus mempunyai tujuan dalam menghendaki apa saja, kecuali berkhianat pada teman
 sendiri, itulah tanda kemuliaan, rumus akhir Manusia unggul.

jean-paul sartre : eksistensi

Eksistensi Cinta Menurut Jean Paul Sartre
Jean Paul Sartre memandang cinta sebagai sebuah konflik. Konflik yang dimaksudkan adalah bahwa ketika saya mencintai seseorang , maka saya berhadapan langsung dengan kemerdekaan orang yang saya cintai itu. Dalam mencintai ini, orang lain yang saya cintai itu dalam kemerdekaannya memberikan kepada saya suatu “being” yang berasal dari saya sendiri. Dengan cara inilah saya bereksistensi berkat kemerdekaan orang lain.
Menurut Sartre, cinta tidaklah cukup dengan suatu perjanjian dari pihak lain. Cinta merupakan ikatan berdasarkan pilihan bebas yang merupakan kesetiaan pada diri sendiri. Inilah yang dikatakan sebagai sebuah situasi paradoksal. Orang yang mau mencintai ingin mencintai dengan sebuah kemerdekaan, tetapi tidak ingin agar kemerdekaan itu ada. Maksudnya, ketika seseorang mencintai orang lain, maka ia mau mencintai pasangannya itu dengan kemerdekaan penuh, sementara dia tidak menghendaki agar orang yang dicintai itu mempunyai kemerdekaan.
Meskipun demikian, subjek yang mencintai ini tidak memandang orang lain ini hanya sebagai alat saja. Dia mau menjadi seluruhnya bagi yang dicintainya. Ia juga bersedia menjadi objjek bagi yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang dia cintai itu bersedia menghilangkan dirinya dalam dia sebagai hal yang mendasari eksistensinya. Inilah situasi paradoksalnya. Mencintai tetapi tidak menghendaki adanya kebebasan dari orang yang dicintai. Pihak yang mencintai tidak mau berpengaruh terhadap kemerdekaan orang yang dicintai. Dengan kata lain masing- masing pihak saling mempertahankan kemerdekaannya.
Dalam cinta, subjek yang mencinta berusaha menjadikan pihak yang dicintai sebagai objek atau en-soi pemenuh hasrat cintanya. Sebaliknya pihak yang dicintai pun dengan sadar menjadikan orang lain sebagai objek atau en-soi pemenuh kebutuhanya untuk dicintai. Dapat dikatakan bahwa tidak ada subjek dalam cinta ala Sartre ini. Masing-masing pihal adalah objek. Oleh sebab itu menurut Sartre, dalam cinta tak perna akan terjadi cinta sejati atau cinta tanpa pamrih sebab masing-masing pihak berusaha untuk saling mengobjekkan pribadi yang lain.

persahabatan

PERSAHABATAN
    Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?..Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.

    Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

    Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.
   

bourdaef

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
    Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki; Karena cinta telah cukup bagi cinta.

    Pabila kau mencintai kau takkan berkata, “Tuhan ada di dalam hatiku,” tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati Tuhan”.

    Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.

    Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan, biarlah ini menjadi aneka keinginanmu: Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.